Permintaan mobil listrik di Indonesia konsisten mengalami peningkatan berasal dari tahun ke tahun. Itulah mengapa, selain kendaraan, baterainya termasuk terasa diproduksi di di dalam negeri. Lantas, apakah Toyota berencana mengadopsi kiat yang sama?
Toyota merupakan keliru satu pabrikan yang amat berhati-hati di pasar kendaraan listrik. Kini, mereka baru memiliki satu product di segmen tersebut bersama dengan standing impor utuh atau completely built up (CBU) berasal dari Jepang, yakni Toyota bZ4X.
Pesaing mereka berasal dari China dan Korea Selatan udah laksanakan gebrakan lebih awal. Hyundai udah memiliki pabrik baterai bersama dengan kapasitas produksi 250 ribu unit setahun. Mereka secara akumulatif menanam investasi 11 miliar USD atau Rp 160 triliunan untuk pembangunan pabrik tersebut.
Selain Hyundai, pabrik baterai Wuling termasuk terasa beroperasi di Indonesia terasa akhir 2024. Baterai tersebut bernama MAGIC dan akan digunakan di tiga product andalan mereka, yakni Wuling Air ev, BinguoEV dan Cloud EV.
Bukan hanya Wuling, merk China lain seperti MG Motors termasuk menunjukkan niatnya mengakibatkan baterai sendiri di Indonesia. Namun, kemauan tersebut belum direalisasikan di dalam wujud investasi.
Lantas, bagaimana bersama dengan Toyota sebagai market leader di Indonesia? Adakah rencana mereka mengikuti jejak produsen asal China dan Korea Selatan?
Marketing Planning Deputy General Manager PT Toyota Astra Motor (TAM) Resha Kusuma Atmaja mengaku belum dapat mengungkap rencana elektrifikasinya di Indonesia. Namun, yang jelas, pihaknya akan konsisten laksanakan studi.
“Nah, itu (pembangunan pabrik baterai) belum dapat aku disclose, sudah pasti kita akan studi untuk segala lini stakeholder,” ujar Resha waktu ditemui awak media selepas acara Green Initiative Conference di Jakarta Pusat.
Resha menegaskan, pihaknya waktu ini masih fokus mengembangkan mobil hybrid di Indonesia. Sebab, berdasarkan demand structure, mobil listrik hanya menjadi mobil tambahan atau additional car. Sementara untuk menaikkan pasar butuh menyasar segmen first buyer.
“First buyer umumnya dipakai untuk main car. Sebagai mobil utama bermakna penduduk mesti percaya pernah soal infrastruktur terhadap waktu mereka manfaatkan kendaraan itu, mesti aman dan tenang. Paling tepat waktu ini adalah mobil hybrid,” kata dia.